The Brutal Sweet Romance ☠
Kali ini aku posting pake bahasa Indonesia ya, soalnya aku mau cerita tentang Radit dan Jani (◠‿◠)
Ada yang tau atau pernah nonton atau mungkin baca novelnya?
Aku belum pernah nonton filmnya sih, cuma baca novelnya. Waktu itu
kebetulan ada tugas sekolah yang disuruh baca novel terus disuruh buat
sinopsisnya, dll. Aku iseng milih novel ini, soalnya keliatannya
menarik. Sama ada satu hal yang buat aku lebih tertarik lagi untuk baca
novel ini, yaitu tulisan "Brutally Romantic" di cover novelnya.
Menurutku itu sesuatu yang unik, kan jarang ada sebuah hubungan yang
romantis tapi juga brutal.
Dan ternyata setelah aku baca, aku jadi suka sama cerita ini.
Jarang-jarang ada novel yang ceritanya kayak gini. Biasanya yang aku
sering baca ya novel-novel teenlit yang ceritanya mudah ditebak, soalnya
ya cuma gitu-gitu aja ceritanya. Lama-lama bosan juga jadinya.
Tapi pas baca novelnya Radit dan Jani, rasanya beda, pembacanya dibuat
jadi penasaran terus dan rasanya bisa kebawa perasaan. Ya emang sih,
Radit dan Jani itu bukan novel teenlit. Lebih tepatnya novel yang
diadaptasi dari film layar lebar. Tapi menurutku novel ini patut
diacungi jempol. Selain karena ceritanya yang beda dari novel-novel
biasanya, aku suka gaya penulisnya yang blak-blakan. Pembacanya juga
jadi lebih gampang untuk mencerna ceritanya.

Singkat ceritanya, Radit dan Jani adalah pasangan muda yang nekat
menikah walaupun mendapat tentangan dari orang tua Jani. Tanpa bekal uang
dan pekerjaan tetap, kehidupan yang keras harus mereka jalani. Apalagi
ketergantungan Radit terhadap obat-obatan terlarang membuat langkah
mereka semakin berat. Namun, kekuatan cinta mereka membuat semua
kepahitan hidup jadi samar.
Pada suatu hari, Jani mendapati dirinya hamil. Mereka pun sadar bahwa hidup mereka harus berubah. Radit
berusaha keras untuk mendapatkan penghasilan tetap dan berhenti
menggunakan narkoba, agar ia bisa membahagiakan Jani dan memberi masa
depan kepada anak mereka.
Film ini sempat dinominasikan dalam Festival Film Indonesia 2008,
Independent Film Award, dan Indonesian Movie Awards. Bahkan Vino Bastian
& Fahrani memenangkan penghargaan Best Couple lewat film ini.
Aku kurang tau versi filmnya gimana, tapi biasanya versi novel lebih detail dari filmnya.
Radit yang orangnya posesif, cemburuan, dan gak bisa ngendaliin emosinya
benar-benar memuja Jani, istrinya. Setiap kali dia merasa cemburu, atau
ngeliat Jani dijailin cowo lain, Radit pasti langsung ambil tindakan.
Sampai-sampai pernah suatu kali Jani dipecat dari cafe tempatnya bekerja
karena Radit melawan bosnya yang lagi memarahi Jani sambil
memegang-megang lengannya. Radit mendorong bosnya sampai menabrak bar
dan membuat botol-botol vodka berjatuhan. Gaji Jani yang gak seberapa
gak bisa mengganti rugi peristiwa itu, sehingga bosnya memecatnya.
Jani sebenarnya sudah lelah dan muak dengan sikap Radit yang terlalu
posesif. Tapi, setiap kali dia ngrasa capek akan sikap Radit, selalu
pada saat itu perasaan muaknya luluh karena perkataan kekasihnya. Radit
selalu minta maaf dan bilang kalau Jani itu miliknya seorang, dan dia
bersumpah dia gak mau membagi Jani dengan siapapun.
Banyak sekali hal-hal romantis yang aku temukan waktu aku baca novel
ini. Dari perkataan-perkataan Radit buat Jani, perlakuannya, dan juga
pengorbanannya.
Jani sebenarnya lahir di keluarga yang mampu dan harmonis. Sedangkan
Radit cuma anak band yang tubuhnya penuh tattoo dan hidup sebatang kara,
dulunya dia seorang pengamen yang keliling dari satu bus ke bus yang
lain. Tapi, mereka saling jatuh cinta sejak pertemuan pertama mereka di
kampus Jani waktu Radit lagi manggung bersama bandnya. Radit jatuh cinta
pada Jani karena mendengar tawa lepas Jani, dia belum pernah mendengar
tawa orang yang begitu lepas dan merdeka. Setelah berkenalan, Jani pun
sering menemani Radit saat band-nya ada job-job manggung.

Radit memanggil Jani "Bodoh", begitu juga sebaliknya. "Bodoh" jadi
panggilan sayang mereka. Menurutku itu suatu hal yang lucu dan romantis.
Memanggil orang yang dicintai dengan panggilan Bodoh.
Setelah mereka menikah, banyak sekali kesulitan yang mereka hadapi.
Mulai dari keluarnya Radit dari band yang selama ini dia bangun,
susahnya mencari pekerjaan tetap karena setiap kali dia mendapatkan
pekerjaan selalu ada saja hal yang membuat dia dikeluarkan. Begitu juga
dengan Jani, dia juga susah payah mencari pekerjaan. Untuk makan saja
mereka susah, apalagi untuk keperluan yang lain. Akhirnya mereka pun
memutuskan untuk menjadi "partner in crime", mereka mengutil di mini
market yang biasanya menjadi sasaran utama mereka. Demi mendapatkan
beberapa makanan, kebutuhan perawatan pribadi, beberapa botol bir,
vodka, dan rokok.
Mereka juga sering ngerampok barang-barang mahal seperti HP, kamera
digital, dan jam tangan lalu dijual ke penadah sehingga mereka
mendapatkan cukup banyak uang. Tapi, kebiasaan Radit yaitu ngobat juga sering membuat uang yang sudah mereka dapat itu terbuang sia-sia untuk membeli barang. Jani gak suka kebiasaan Radit yang seperti itu, dan dia ingin Radit berhenti.
Hingga suatu hari Jani sadar bahwa dirinya hamil, sejak saat itu mereka
sadar hidup mereka harus berubah. Radit berusaha untuk mencari kerja
dengan penghasilan tetap, bahkan menelan egonya untuk meminta maaf pada
mantan teman-teman band-nya supaya ia bisa kembali gabung bersama
mereka. Tapi usahanya gak berhasil karena band-nya sudah memiliki
frontman baru dan mereka gak menyukai kelakuan Radit.
Meski papa Jani gak mau membantu mereka sedikitpun dan malah memaki-maki
mereka, Abi masih punya hati yang baik. Dia memberikan semua sisa uang
tabungannya pada Jani untuk membayar tunggakan listrik dan kontrakan.
Radit bekerja di toko material menjadi kuli. Dia berjuang mati-matian
suapaya nantinya dia bisa membahagiakan Jani dan anaknya. Sedangkan Jani
sudah gak bekerja lagi karena dia harus banyak beristirahat demi
kandungannya.
Ketergantungan Radit akan candu obat masih belum bisa dikalahkan. Suatu
malam dia sakauw, Jani sengaja menguncinya di kamar agar Radit tidak
bisa pergi ke tempat bandar dan memakai zat laknat itu lagi. Jani
berharap Radit bisa menahan diri demi dia dan kandungannya. Tapi
usahanya gak berhasil, Radit gak bisa menahan dan malah memaki Jani
supaya dia membukakan pintunya. Jani yang gak tahan dan gak ingin radit
tersiksa pun akhirnya membukakan pintunya. Radit langsung lari ke tempat
bandar. Hati Jani hancur karena radit lebih memilih racun itu ketimbang
dirinya.
Suatu hari kandungan Jani memburuk, dia mengalami pendarahan dan harus
dirawat di RS. Radit bingung mencari pinjaman uang untuk membiayai biaya
RS Jani. Dia yang sudah kerja di club menjadi seorang tukang pukul pun
rela untuk meminum kencing teman kerjanya sendiri di depan umum demi
mendapatkan pinjaman uang. Dia pun langsung memakai uang itu untuk
membeli obat Jani. Tapi sesudah dia beli obat, ada orang-orang yang
memukukulinya dan obat yang sudah dia beli dengan susah payah itu pun
ikut hancur berserakan. Radit tahu bahwa orang-orang tadi adalah karma,
waktu dulu dia sempat mencuri HP orang di sebuah restoran. Radit pun
menangis, hatinya hancur. Dia merasa tak sanggup lagi.
Radit menemani Jani selama beberapa hari di RS. Hingga akhirnya Jani
sudah boleh pulang kaena keadaannya membaik. Radit mengajak Jani makan
enak di satu cafe dan berjanji bahwa mereka akan pindah ke rumah baru
yang lebih besar dan gak ada tangganya biar Jani gak kesusahan naik
turun tangga dengan perutnya yang besar. Tengah-tengah makan, Radit ijin
ngerokok sebentar di luar cafe. Jani menunggu Radit, tapi dia gak
kembali-kembali sampai setengah jam lebih. Tiba-tiba papa, mama, dan Abi
datang memeluk Jani. Mamanya menangis, mereka sudah sangat merindukan
Jani. Jani bingung karena Radit tetap gak kembali. Akhirnya papa Jani
memberi tahu Jani apa yang sebenarnya terjadi. Dia memberikan sebuah
surat untuk Jani. Itu adalah surat dari Radit. Ternyata Radit menyerah,
dia kalah. Dia gak bisa membahagiakan Jani. Radit sudah mengembalikkan
Jani ke keluarganya. Rupanya dulu keluarga Jani pernah menjanjikan
Radit, kalo dia bersedia meninggalkan Jani dan mengembalikan dia ke
keluarganya, semua kebutuhan hidup Jani akan ditanggung keluarganya.
Tapi dulu radit gak mau menyerahkan Jani. Sekarang dia sudah menyerah
dan harus merelakan Jani. Hati Jani pun luluh lantak.
Anak Jani sudah lahir, namanya Kirana. Sesuai dengan nama yang
diinginkan Radit waktu dulu mereka pernah diskusi tentang nama anak yang
mereka inginkan. Radit melihat Kirana yang sedang tidur di ruang bayi.
Air matanya menetes, dia sangat senang melihat anaknya yang sudah lahir
dengan begitu polos dan gak berdosa. Mata Kirana sangat mirip dengan
mata Radit. Setelah puas melihat Kirana, dia pun pergi.
Jani membersarkan Kirana, dia menikah lagi dengan seorang pria sehingga
Kirana bisa tetap mempunyai sosok seorang ayah. Suatu hari saat main di
taman, ada seorang anak laki-laki yang mendatangi Jani dan memberi
sebuah surat dan CD. Ternyata semua itu dari Radit. Jani mendengarkan CD
itu di mobil. Dia menangis terisak-isak, itu adalah lagu yang Radit
buat dulu. Radit pernah janji, saat lagu itu sudah selesai, Jani lah
yang akan menjadi orang pertama yang akan mendengarkannya. Lagu yang
berjudul "Kalau Saja" itu menggambarkan kisah cinta mereka. Hati Jani
terasa pedih dan penuh rasa sesal. Tangisan Kirana pun menyadarkan Jani.
Tak lama mobilnya meluncur, menyongsong kenyataan hidup yang gak
selamanya seindah impian.
Sedangkan Radit yang sekarang kembali hidup sebatang kara masih berusaha
melawan jeratan setan yang ada pada dirinya. Dia bersusah payah untuk
melawan. Dia lari ke club tempat ia bekerja dan mendapat pinjaman
sebesar 3 juta dari bosnya. Radit naik ke dalam taxi dan ingin sekali
pergi ke tempat Jani dan membuktikan bahwa dia sanggup membahagiakan
Jani dan juga anak mereka. Tapi ketika taxi sudah semakin mendekati
tempat Jani, benteng pertahanan Radit runtuh. Dia menggigil, jantungnya
berdegup keras, dan keringat dinginnya mengucur deras, dia sakauw hebat.
Radit pun menyuruh supir taxi putar balik ke tempat bandarnya biasa
mangkal. "Maafkan aku Jani, aku kalah".
Cerita ini sangat menyentuh, tapi sayang ending-nya gak seperti yang aku
harapkan. Kisah cinta Radit & Jani berbeda dengan kisah cinta yang
lain. Mereka punya dunia mereka sendiri, dunia mereka berdua. Hidup
mereka begitu merdeka, saling memiliki, tak punya rasa takut. Tapi
sayang Radit gak bisa lepas dari jeratan narkoba dan mereka harus
berpisah.
Aku salut dengan Jani, di tengah keras dan pahitnya hidup, dia tetap gak
mau ninggalin Radit. Dia gak pernah nyerah dan selalu berusaha keras.
Begitu juga dengan Radit, meskipun sifatnya begitu posesif tapi dia
sangat tulus mencintai Jani. Bahkan dia rela memberikan Jani kembali
pada keluarganya demi kebahagiaan Jani. Akan sangat lebih baik ya kalo
ending-nya Radit bisa lepas dari narkoba dan berhasil membahagiakan
Jani, juga Kirana. Aku sangat berharap mereka tetap bersama selamanya
dan keluarga Jani bisa menerima Radit seutuhnya. Tapi sayangnya
ending-nya gak kayak gitu (◕︵◕)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar